Pagi ini saat bangun tidur, pinggang saya terasa sakit.
Saya mengingat-ingat apa penyebab nyeri pingang ini? Ah..rupanya kemarin pagi saya membersihkan rumput liar dan memangkas tanaman yang tumbuh terlalu rimbun di halaman depan rumah kami.
Dulu sewaktu usia masih muda, tugas membersihkan halaman tidak menyebabkan nyeri pinggang. Setelah usia bertambah tampaknya tubuh cepat lelah dan terasa pegel linu. Usia berangka depan enam sudah memiliki KTP seumur Hidup.
Setelah sarapan saya minum tablet penghilang rasa nyeri. Pinggang saya beri krim penghilang nyeri. Beruntung, nyeri itu tidak berkelanjutan. Saya dapat melakukan tugas rutin sepanjang siang itu.
Sore hari datanglah relasi saya, Pak AK. Ia gemar menyantap Tahu putih yang ia beli langsung dari pembuat Tahu di dekat rumah kami.
“Bas, saya baru beli Tahu, masih hangat nih.” Katanya.
Saya menjawab “Wah…jangan repot-repot. Kemana aja nih sudah lama tidak berkunjung ke rumah saya.”
“Biasalah, Bas, saya sibuk kalau bulan Puasa. Banyak yang minta dibuatkan pakaian untuk Lebaran.” Maklum Pak AK ini seorang penjahit yang sudah banyak langganannya.
Setelah ngobrol ke Barat dan ke Timur, Pak AK mohon pamit.
Saya melihat tanaman Caisim di halaman depan rumah yang saya tanam 2 bulan yang lalu sudah berdaun lebar dan berwarna Hijau segar. Kalau Tahu itu di direbus dengan daun Caisim ini rasanya nikmat juga nih untuk makan malam.
Dalam waktu singkat jadilah Tahu Caisim rebus. Malam itu kami menyantap Tahu Caisim rebus yang rasanya segar menambah selera makan kami.
Kami menanam banyak tanaman di halaman depan rumah. Ada cabe merah, jahe, Pandan, Daun cincaw, Lidah Buaya, Jeruk Purut, Belimbing Wuluh dll. Kalau perlu bumbu dapur sering kali Isteri saya memetiknya dari tanaman yang tumbuh di halaman depan rumah.
Ada manfaatnya juga hobi gardening, bercocok tanam. Bila sudah tidak ada tempat lagi, maka kami menanamnya ti kantong plastik bekas bungkus belanjaan di pasar.
Pernah Isteri saya belanja Seledri dan Kangkung. Akar tanaman itu di tanam di pot plastik. Beberapa hari kemudian, tumbuhlah tunas batang tanaman itu. Daun Hijau yag masih muda itu tampak segar. Dua hari kemudian daun-daun itu lenyap. Pernah saya memergoki ada seeokor Tikus yang melintas di dekat pot itu. Rupanya Tikus itu memakan daun-daun muda tadi.
Tikus itu rupanya masuk melalui celah pagar besi. Di sebelah rumah kami masih ada tanah kosong yang tidak dirawat oleh penghuninya. Tanah kosong itu ditumbuhi tanaman liar dan mungkin sekali temat tinggal para Tikus yang sering berkeliaran mencari makan ke rumah-rumah sekitarnya.
Isteri saya jengkel juga dengan ulah Tikus itu yang makan tanpa menanam sendiri. Saya membeli Lem Tikus di toko Besi terdekat. Lem itu saya oleskan pada sebilah papan dan diberi umpan Tikus berupa Ikan asin yang sudah dibakar. Bau harum Ikan asin ini membuat Tikus mendekati umpan itu dan tubuh Tikus melengket di papan tadi karena diatas papan itu ada Lem yang kuat sehingga Tikus tidak dapat melarikan diri. Sampai pagi hari ia masih hidup. Matilah Tikus itu karena kepalanya dipukul sebatang kayu.
Selain hobi menulis, hobi bercocok tanam juga saya rasakan ada manfaatnya.
Bila apa yang saya tanam itu dapat tumbuh subur, berbunga atau berbuah, alangkah gembira hati saya. Sesuai dengan moto Blog saya “Kita memetik apa yang kita tanam.”
Kalau kita menanam Jagung, pasti kita akan memetik Jagung juga dan bukan Padi.
Kalau kita menanam Kebaikan maka kita akan memetik Kebaikan juga. Dari pada menanam Kejahatan, lebih baik menanam Kebaikan.