Selasa, 04 Agustus 2009

TV antik


Delapan tahun yang lalu kami membeli sebuah TV mini berwarna. Ukuran layarnya sekitar 6 inchi yang membutuhkan tenaga listrik yang kecil. TV ini dilengkapi dengan Radio FM dan antene yang dapat ditarik keatas sepanjang 20 Cm. Di sisi kanannya pada bagian bawah TV terdapat sederet lubang untuk audio out put, video out put dan lain-lain. TV ini tidak mempunyai remote controle, dan untuk beralih ke channel TV berikutnya kita mesti memutar sebuah tombol seperti pada sebuah radio jaman dulu yaitu dengan memutar tombol yang bentuknya seperti kancing piyama. TV mini sangat praktis dibawa-bawa atau dipindah-indahkan letaknya. Gambarnya akan lebih tajam bila dihubungkan dengan antene TV yang terpasang diatas atap rumah
 
Ketika putri kami sekolah di salah satu SMU di Jakarta, TV mini ini selalu menemaninya dan diletakkan diatas meja belajarnya. Ia dapat mendengarkan siaran radio FM di Jakarta dan siaran TV swasta. Dengan demikian ia tidak usah pergi ke ruang tengah tempat kost dimana TV Ibu kos berada.
 TV mini ini kembali berpindah tempat ketika putri kami melanjutkan studynya ke luar negeri. TV itu diletakkan di sebuah meja ditempat praktek isteriku yang seorang dokter umum. Dengan setia ia menemani isteriku selama sekitar 1 tahun.
 
Banyak pasiennya yang merasa heran kok masih ada TV seperti itu. Banyak yang bertanya “Apakah Ibu merasa nyaman melihat TV mini ini dari jarak dua meteran. Apakah tidak terlalu kecil gambarnya?”
“Masih enak dan masih dapat menghibur saya” kata isteriku sekenanya.
 
Bulan berganti bulan dan dengan seringnya tombol pencari channel TV swasta di putar-putar menyebabkan sangat sulit kalau akan berpindah channel sebelum TV itu hidup untuk sekitar sepuluh menit. Makin panas TV makin mudah tombol channel bekerja. Bila sudah panas lebih mudah untuk berpindah channel TV. Berabe juga. Tombol volume suara yang berupa sebuah tombol geser di bagian depan TV juga sudah mulai ngadat. Tombol itu mesti diganjal lembaran kertas agar suaranya muncul. TV ini sebenarnya sudah waktunya masuk musium. Mencari orderdilnya juga pasti sangat sulit sebab TV mini ini sudah tidak beredar di pasaran.
 
Suatu sore ada seorang pasien langganan isteriku yang datang berobat. Untuk ke sekian kalinya ia memperhatikan TV mini di ruang praktek itu. Akhirnya ia mengajukan permohonan “Ibu dokter, TV itu sudah kuno dan layarnya terlalu kecil. Boleh tidak kalau saya beli saja?”
“Nanti ya saya bilang sama suamiku dulu” jawab isteriku, sebab TV ini mempunyai nilai kenangan, yang sudah lama menemani putri kami di tempat kosnya.
 
Setiap pak Joni datang berobat, pertanyaan dan jawaban itu selalu terulang kembali. Sampai akhirnya Pak Joni menawarkan barter antar TV mini kami dengan sebuah TV color 21 inchi yang pakai remote controle. Akhirnya kami menyetujui proses barter itu. Pak Joni sangat gembira ketika permintaannya dikabulkan isteriku.
 
Suatu malam ketika isteriku pulang praktek ia berkata “Tadi sore ia datang lagi dan saya bilang boleh Pak Joni barter TV itu. Kemudian Pak Joni pergi sebentar untuk membeli TV 21 inchi buatan RRC di toko TV milik kawannya dan datang kembali dengan membawa 1 Dus TV baru, lengkap dengan Nota pembelian dan Kartu garansinya” 
 
Keesokan harinya aku pergi melihat TV itu. Wah… layarnya cukup besar untuk dilihat dengan jarak 3 meter, suaranya stereo, pakai remote controle, mutu gambar dan suaranya oke punya. Aku puas dengan TV barteran ini. Aku bertanya kepada diriku sendiri “Mengapa Pak Joni mau menukar TV antik itu dengan TV yang baru dan ukuran layar yang jauh lebih besar? Untuk apa TV kuno itu sebenarnya”
 Isteriku tidak peduli lagi apa alasan Pak Joni mau membarter TV kami. Yang penting ia sekarang sudah punya TV baru yang lebih nyaman.
 
Bulan berikutnya kami bertemu dengan Pak Joni disuatu pernikahan relasi kami dan aku bertanya apa alasannya ia mau menukar TV antik dengan TV baru? 
Pak Joni menjawab “Untuk saya koleksi. Saya senang dengan TV yang antik.” 
Rupanya Pak Joni seorang kolektor TV antik. Aku tidak peduli lagi bila Pak Joni bisa menjual TV mini itu dengan harga yang jauh lebih mahal dari TV 21 inchi hasil barteran kami. Ya sudah win win solution saja.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar