Rabu, 29 Juli 2009

Karet KB


“Sudah siap berangkat Sri? aku bertanya kepada Bidan Sri Mulyati.
“Sudah, Dok” Bidan Sri menjawab pertanyaanku.
“Ajaklah Seksi PKM ( Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ) ikut, aku tunggu di mobil Pusling ( Puskesmas Kililing )”
Hari itu akhir tahun 1982, kami dari Puskesmas akan mengadakan Penyuluhan Kesehatan dalam rangka penyuluhan KB ( Keluarga Berencana ) di sebuah Desa yang termasuk di dalam wilayah kerja Puskesmas kami.
Pemerintah sedang berusaha agar seluruh penduduk mengikuti program KB. Laju pertambahan penduduk yang tinggi menyebabkan jumlah penduduk secara nasional melonjak drastis. Kecepatan pertambahan penduduk belum dapat diimbangi dengan kecepatan pertambahan hasil pertanian.
Untuk urusan KB, Puskesmas kami diwajibkan agar target KB di Kecamatan kami berhasil. Bahkan seluruh PNS ( Pegawai Negeri Sipil ) hanya diperbolehkan memunyai 2 orang anak saja. Bila mempunyai lebih dari 2 orang, maka anak ke 3 tidak akan mendapat tunjangan anak sebesar 5 % dari gaji bulanan. Selain itu akan sulit mendapat promosi jabatan yang lebih baik.
Setelah acara diawali dengan Kata Sambutan oleh Kepala Desa setempat mulailah Bidan Sri melakukan tugasnya melakukan Penyuluhan KB kepada warga Desa yang sebagian besar terdiri dari kaum Ibu karena kaum Bapaknya sedang bekerja di sawah maupun di kota terdekat sebagi buruh harian.
Macam-macam alat KB yang dijelaskan pemakaiannya. Agar warga desa lebih jelas dan mengetahui alat-alat KB maka Bidan Sri melakukan peragaan alat-alat yang telah disediakan oleh BKKBN ( Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ). Alat peraga itu berupa sebuah plakat yang di permukaannya di rekatkan: Spiral ( IUD ), Strip Pil KB, Botol Obat Suntik KB, dan Karet KB ( Kondom ).
Setelah berbicara panjang lebar tentang cara penggunaan semua cara KB, Bidan Sri mulai berbicara tentang cara pemakaian Karet KB.
“Bapak dan Ibu sekalian, yang terakhir akan saya peragakan bagaimana caranya menggunakan Karet KB. Meskipun cara Karet KB ini tidak seefektip cara KB lain, tetapi lebih baik menggunakan salah satu cara KB dari pada tidak memakai sama sekali” kata Bidan Sri.
“Bagaimana sih cara menggunakannya?” seorang bapak yang duduk dibelakang bertanya.
“Rupanya Bapak sudah tidak sabar. Sebentar ya pak, saya akan membuka dulu bungkusnya, agar semua yang hadir dapat melihat dengan jelas bagaimana bentuknya Karet KB ini” Bidan Sri dengan tangkas menjawab.
Bidan Sri melanjutkan ceramahnya “Karet KB ini harus dipasang oleh Bapak, sebelum Bapak dan ibu hendak melakukan hubungan suami-isteri.”
“Caranya begini, pasangkanlah karet KB seperti ini ( sambil memasukkan Karet KB ke dalam jari telunjuk tangan kirinya ). Setelah terpasang maka Bapak dan Ibu boleh melakukan hubungan. Setelah selesai maka Karet ini dapat dibuang di tempat yang aman. Karet KB bersifat sekali pakai saja.”
“Berapa Karet KB yang dapat kami terima, Bu?” bapak tadi bertanya lagi.
“Setiap pasangan akan kami beri jatah 3 buah karet KB. Bila membutuhkan lagi silahkan Bapak atau Ibu peserta KB dapat menghubungi kami di Puskesmas” Bidan Sri menjawab.
----
3 bulan kemudian datanglah sebuah pasangan suami-isteri peserta KB ke Puskesmas. Bapak Amin marah-marah kepada Bidan Sri.
“Bagaimana ini Ibu Bidan, kami telah ikut KB, tetapi kok perut isteri saya membesar lagi?”
Bidan Sri bertanya “”Bapak atau Ibu ikut cara KB apa?”
“Saya pakai Karet KB dan sudah mengikuti penjelasan ketika Ibu Bidan menerangkan kepada kami di desa kami” kata Pak Amin ini.
“Apakah Bapak yakin bahwa isteri Bapak hamil lagi?”
“Yakinlah. Isteriku sudah 3 bulan tidak datang bulan. Bagaimana ini Bu, ikut KB kok gagal” Pak Amin makin marah.
“Baik. Apa bapak sudah benar menggunakan Karet KB? Coba bagimana cara memakainya” Bidan Sri menguji Pak Amin.
“Saya sudah mengikuti cara yng dijelaskan Ibu Bidan yaitu memasangkan Karet KB di jari telunjuk tangan kiri saya, lalu kami melakukan hubungan” Pak Amin menjawab dengan bersemangat.
“Itu salah Pak” kata Bidan Sri
“Kok salah sih”.
“Bapak harus memasangnya di alat Bapak, bukan di jari telunjuk” Bidan Sri melanjutkan.
“Tapi Ibu Bidan memperagakan memasang Karet KB di jari telunjuk” Kata Pak Amin.
“Itu karena sopan santun Pak dan lagi pula alat siapa yang mau dipakai sebagai alat peraga di depan umum?” kata Bidan Sri dengan sewotnya.
“Lain kali Bapak memasangnya di alat Bapak yang sudah tegang, bukan di jari telunjuk tangan” kata Bidan Sri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar